Langsung ke konten utama

Jurnal Refleksi - Menjadi Ibu Profesional Kebanggan Keluarga

Aku Bangga Menjadi Ibu Profesional, tagline materi Matrikulasi sesi ke-2 ini sudah mulai menstimulasi banyak kebaperan dari para peserta.

Ya di materi kali ini, para peserta disadarkal oleh materi tentang tahapan menjadi Ibu Profesional, yang tentunya banyak dari mereka melewati tahapan yang seharusnya dan langsung lompat ke tahapan selanjutnya, ya seringkali para Bunda abai dengan tahapan Bunda Sayang dan malah lebih berfokus ke tahapan Bunda Cekatan dan Bunda Produktif sehingga akhirnya peserta menyadari apa yang kosong dari anak-anak mereka.

Dari materi sudah termehek-mehek, dan dilanjutkan dengan NHW yang bikin heboh karena NHW#2 kali ini menuntut keterlibatan suami dan anak-anak, alhasil demi merampungkan NHW#2 para peserta mau tidak mau, suka tidak suka bertanya kepada suami dan anak-anak apa indikator Bunda agar suami dan anak-anak bisa bahagia. 

Beragam jawaban dan tanggapan, ada yang standar kaku kayak kanebo kering, ada yang sweet kayak adegan drama korea, ada yang bikin teriris pedih karena baru disadarkan ternyata selama ini kurang membahagiakan suami dan anak-anak, MasyaAllah mendengar cerita yang dituliskan di prolog NHW#2 para peserta membuat diri ini berefleksi, pun masih banyak kekurangan diri ini untuk membahagiakan suami dan anak hiks.

Mungkin tanggapan dari anak dan suami membuat para peserta kebingungan untuk menetapkan indikator yang sesuai hal ini terlihat dari NHW#2 yang banyak dikumpulkan saat injury time, pada saat NHW#1 ketika hari Sabtu sudah 70%, di NHW#2 ini baru 20%, Alhamdulillah walaupun tidak 100% mengumpulkan NHW#2, tetapi tetap terlihat kesungguhan para peserta dalam membuat #NHW#2.

Ada yang menarik ketika pengumpulan NHW#2 ini, ada seorang yang aktif di kelas dan beliau menjabat korming pada minggu sebelumnya tiba-tiba seakan menghilang di NHW#2 ini, dan akhirnya beliau mengumpulkan saat hampir mendekati close time, dengan indikator dibuat diatas kertas bertuliskan tangan, dan ada pesan pribadi di kolom komentar yang isinya : maafkan mba fasil saya baru bisa membuatnya, karena jujur sangat berat bagi saya untuk membuat NHW#2 ini. Seketika saya disadarkan ada yang abai saya perhatikan kondisinya ketika materi dan NHW#2 ini, yaitu teman-teman yang single parent, mereka pasti sangat baper karena tidak tahu harus bertanya ke siapa, karena setidaknya ada sedikit baper melihat respon para suami teman-temannya yang memberikan tanggapan yang seringkali sweet. 

Hal ini menjadi sangat pelajaran bagi saya, kedepannya fasil tentunya harus bisa memfasilitasi segala kondisi peserta, akhirnya saya mulai berbicara dari hati ke hati, saya sampaikan jika terlalu berat tolong alirkan jangan ditahan sendirian, dan kami pun berpelukan virtual.

Alhamdulillah ketika review, saya mencoba menarik review pembelajaran NHW#2 ini, mengapa Ibu Profesional harus membuat indikator, apa tantangan terbesar ketika membuat indikator, dan mereka pun menjawab dengan baik, sesuai dengan strong why materi ini.

Bismillahirrahmanirrahim, semoga yang kurang menjadi baik, dan yang baik menjadi lebih baik lagi kedepannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERAN AYAH DAN BUNDA DALAM PENDIDIKAN FITRAH SEKSUALITAS ANAK

Subhanallah, ternyata tanpa sadar gaya pengasuhan rentan LGBT itu sudah Orang tua lalukan sejak anak masih dalam rahim Ibunya. Semenjak anak berada di rahim Ibunya, seringkali kita orang tua memiliki harapan berlebih atas jenis kelamin yang diinginkan. Begitupun setelah dilahirkan ternyata ketetapan Allah tidak sesuai yang diharapkan maka orang tua kerap kali kecewa dan inipun akan menimbulkan “kerenggangan” hubungan bathin antara ayah bunda dengan anaknya, sehingga hal inipun memiliki dampak psikologis tertentu. Lalu Ekspektasi akan melanjutkan preferensi, dan preferensi akan menimbulkan pola dan gaya asuh yang agak memaksakan pengasuhan sesuai dengan jenis kelamin yang diharapkan (Adriano Rusfi, 2018). Ketika ayah mengharapkan seorang anak laki-laki, lalu yang lahir adalah seorang anak perempuan, maka terkadang anak perempuan tersebut menjadi kelaki-lakian atau sebutan awam kita adalah tomboy. Tentunya hal ini bukan tanpa kebetulan, karena tentunya ada efek pengasuhan ayah yang h...

Jangan Sepelekan Limbah Kulit Udang

Moms, suka sebel gak sih sama limbah kulit udang yang kalau kita diamkan beberapa saat saja aromanya seperti bau busuk bangkai dan juga mengundang lalat, jadi kesannya jorok sekali ya. Bikin jadi malas mengolah udang karena persoalan limbah kulitnya sangat menggangu sekali, sampai-sampai jadi bulan-bulanan orang rumah 😒😢. Nah sekarang Moms tidak perlu khawatir lagi, karena mensiasati limbah kulit udang agar tidak beraroma busuk itu ternyata sangat mudah, cukup rebus kulit udang sampai berwarna kemerahan, setelah itu kita saring dan buang airnya baru deh kita buang di tempat sampah, insyaAllah gak ada lagi aroma-aroma luar biasa menyengat itu 😁. Tapi ternyata bagi Moms penggiat zero waste, alih-alih membuang limbah kulit udang ini ke tempat sampah, ternyata limbah kulit udang yang tadi telah direbus bisa dilanjutkan perlakuannya hingga menjadi kaldu kulit udang loh Moms, caranya pun sederhana. 1. Cuci Limbah kulit udang dan rebus dengan air secukupnya sampai warna kulit u...

JURNAL REFLEKSI FASILITATOR MATRIKULASI BATCH 7 SESI 7

Rasanya seperti panen durian, minggu ini judulnya analisa ST30, baik yang punya matrikan, pun yang punya pengurus regional. Qodarullah, timingnya pas banget antara NHW #7 Matrikulasi ini, dengan NHW Training Manajer TnC. Rasanya kek, ah syudahlah. Alhamdulillah sama Allah dikasih banyak latihan buat baca hasil ST30, biar kemampuan analisis nya makin ciamik 😁, menikmati apapun kondisi yang diberikan oleh Allah, agar waras menjalankan peran. Bahagia? Belum pada level bahagia banget sih, tapi ndak yang bikin stress banget, hanya memang ketika ingin merambah profesional, tetiba sang anak meminta perhatian atas waktu mamaknya yang banyak berkurang untuknya saat ini. Mulai protes ketika mamak pegang HP, wah lagi-lagi disini ilmu matrikulasi diuji. Ketauan fasilnya belum pada tahap Be Do Have. Duh.