Langsung ke konten utama

Postingan

JURNAL REFLEKSI FASILITATOR MATRIKULASI BATCH 7 SESI 7

Rasanya seperti panen durian, minggu ini judulnya analisa ST30, baik yang punya matrikan, pun yang punya pengurus regional. Qodarullah, timingnya pas banget antara NHW #7 Matrikulasi ini, dengan NHW Training Manajer TnC. Rasanya kek, ah syudahlah. Alhamdulillah sama Allah dikasih banyak latihan buat baca hasil ST30, biar kemampuan analisis nya makin ciamik 😁, menikmati apapun kondisi yang diberikan oleh Allah, agar waras menjalankan peran. Bahagia? Belum pada level bahagia banget sih, tapi ndak yang bikin stress banget, hanya memang ketika ingin merambah profesional, tetiba sang anak meminta perhatian atas waktu mamaknya yang banyak berkurang untuknya saat ini. Mulai protes ketika mamak pegang HP, wah lagi-lagi disini ilmu matrikulasi diuji. Ketauan fasilnya belum pada tahap Be Do Have. Duh.
Postingan terbaru

JURNAL REFLEKSI FASILITATOR MATERI #6

well, makin hari diskusi makin sepi (kecuali diskusi materi yang selalu HOT). Pertanda matrikan sudah mengetahui selanya kah? Semoga saja bukan pertanda matrikan sudah mulai jenuh 😁. Karena jujur dari sisi fasilitator agak sedikit terjangkit "ntar-ntaran". Berasa materi ini qo makin jleb ke diri pribadi yah. Memfasilitasi matrikan agar lebih baik, tapi pada kenyataannya diri ini sebagai fasil belum seideal yang diajarkan. Kemana konsep Be Do Have nya. Kadang hal ini membuat ada keengganan berbagi ilmu, merasa belum melakukan apa yang seharusnya, tetapi menyurih orang melakukan hal tersebut, khawatir termasuk golongan munafik "Na'udzubillahimindzalik". Dan hawa tersebut secara tidak langsung akan mengalir ke matrikan. Duh terasa disini tantangan terbesarnya, memilih berubah atau kalah?

Jurnal Refleksi Fasilitator Matrikulasi #5

Learning how to learn. Dengan metode baru yang dijalankan di kelas pada NHW#5 ini (seharusnya sudah dijalankan dari awal untuk teknik fasilitator ini, tetapi qo yab gak tega kepada para matrikan baru langsung dicekoki metode heutagogi ini). Alhasil dari materi 1 hingga 4 metodenya masih disuapi seperti guru ke murid, diawal efektif tetapi jika dilihat dari grafik pengumpulan NHW qo yah semakin lama semakin menurin, pun kontennya hanya sekedar menggugurkan kewajiban (kebanyakan). Alhamdulillah di materi 5, NHW dibuat mendukung untuk proses heutagogi, maka tidak menyiakan kesempatan, metode fasilitasi pun diubah, yang awalnya membuat banyak kehebohan, dan kelas malah cenderung menjadi lebih sepi (rasanya matrikan banyak jadi merenung dan research sendiri mengenai pembelajaran kali ini). Tetapi ketika NHW direkap, wow MasyaAllah hasilnya malah pada keren-keren, presentase pengumpulan NHW meningkat dan konten NHW pun lebih berbobot dengan banyak mencantumkan sumber referensi, terbukti...

Jurnal Refleksi #4 Fasilitator MIIPB7-Banten

Well, di akhir minggu ke 4 ini, berbagai macam  kondisi matrikan, ada yang makin semangat hingga tidak sabar menunggu materi matrikulasi selanjutnya, namun ada beberapa yang terseok dan akhirnya berguguran. Minggu 1 ke minggu 4, prosentase pengumpulan NHW terus menurun, dari awal yang 100%, hingga di minggu ke 4 ini hanya tinggal 89%. Sedih yah rasanya, apakah semangat fasilitator yang mengendor sehingga aura ke matrikan yang jadi mengendor juga? Ah rasanya perlu memberikan kesempatan kepada member untuk beraliran rasa tentang Fasilitator nya selama 4 minggu ini, apa yang sudah baik dan apa yang perlu ditingkatkan. Metode teman sebangku yang dicanangkan agar saling mengingatkan temannya nampaknya kurang berdampak baik. Atau barangkali belum optimal dijalankan, padahal awal dibentuk agar sesama teman sebangku dapat lebih saling mengenal dan mensupport teman-teman nya. Mari kita semedi lagi, apakah yang bisa memboosting semangat para matrikan di tengah-tengah (mungkin) rasa jen...

PERAN AYAH DAN BUNDA DALAM PENDIDIKAN FITRAH SEKSUALITAS ANAK

Subhanallah, ternyata tanpa sadar gaya pengasuhan rentan LGBT itu sudah Orang tua lalukan sejak anak masih dalam rahim Ibunya. Semenjak anak berada di rahim Ibunya, seringkali kita orang tua memiliki harapan berlebih atas jenis kelamin yang diinginkan. Begitupun setelah dilahirkan ternyata ketetapan Allah tidak sesuai yang diharapkan maka orang tua kerap kali kecewa dan inipun akan menimbulkan “kerenggangan” hubungan bathin antara ayah bunda dengan anaknya, sehingga hal inipun memiliki dampak psikologis tertentu. Lalu Ekspektasi akan melanjutkan preferensi, dan preferensi akan menimbulkan pola dan gaya asuh yang agak memaksakan pengasuhan sesuai dengan jenis kelamin yang diharapkan (Adriano Rusfi, 2018). Ketika ayah mengharapkan seorang anak laki-laki, lalu yang lahir adalah seorang anak perempuan, maka terkadang anak perempuan tersebut menjadi kelaki-lakian atau sebutan awam kita adalah tomboy. Tentunya hal ini bukan tanpa kebetulan, karena tentunya ada efek pengasuhan ayah yang h...

Jurnal Refleksi Fasilitator #3 MIIPB7

DARURAT BAPER Ya, mungkin dua kata itu yang bisa merefleksikan kondisi kelas di minggu ke 3 ini. Baper dimulai dan tak berkesudahan sejak materi dibagikan hingga akhir review NHW. Tidak hanya peserta tetapi fasilitator pun dilanda baper ketika membaca hasil NHW para peserta, dengan emosi naik turun mereka tampak jelas hanya dari tulisan NHW yang dibuat. Hikmah kali ini adalah tentang bersyukur. Allah menguji hambanya berbeda-beda, ada yang menguji dari orang tuanya, dari suaminya, bahkan dari anak-anak. Maka tetaplah berbaik sangka kepada Allah, sesuai dengan mantra kita minggu ini adalah "Fokus pada terangnya bukan gelapnya". Sesungguhnya Allah memberikan setiap makhluknya ujian tentunya karena hambanya dapat mengatasi dan melewati ujian itu yang akhirnya akan menjadi hamba yang penuh syukur dan semakin bertakwa kepada Allah, ya itulah cara Allah menyampaikan "surat cintaNYA" kepada kita. NHW kali ini membuat fasilitator agak kelabakan ketika karena dar...

Jurnal Refleksi - Menjadi Ibu Profesional Kebanggan Keluarga

Aku Bangga Menjadi Ibu Profesional, tagline materi Matrikulasi sesi ke-2 ini sudah mulai menstimulasi banyak kebaperan dari para peserta. Ya di materi kali ini, para peserta disadarkal oleh materi tentang tahapan menjadi Ibu Profesional, yang tentunya banyak dari mereka melewati tahapan yang seharusnya dan langsung lompat ke tahapan selanjutnya, ya seringkali para Bunda abai dengan tahapan Bunda Sayang dan malah lebih berfokus ke tahapan Bunda Cekatan dan Bunda Produktif sehingga akhirnya peserta menyadari apa yang kosong dari anak-anak mereka. Dari materi sudah termehek-mehek, dan dilanjutkan dengan NHW yang bikin heboh karena NHW#2 kali ini menuntut keterlibatan suami dan anak-anak, alhasil demi merampungkan NHW#2 para peserta mau tidak mau, suka tidak suka bertanya kepada suami dan anak-anak apa indikator Bunda agar suami dan anak-anak bisa bahagia.  Beragam jawaban dan tanggapan, ada yang standar kaku kayak kanebo kering, ada yang sweet kayak adegan drama korea, ada yang ...