Langsung ke konten utama

Tantrum Sebagai Bentuk Komunikasi Anak kepada Orangtuanya

Tantrum, sungguh kondisi yang tidak nyaman, baik bagi anaknya sendiri maupun bagi orang tua yang menghadapi tantrum anaknya.

Mungkin bagi kebanyakan orang anak tantrum adalah merupakan "sifat/tabiat" anak, macam sifat pemarah, penyayang, supel, dan lainnya.

Tapi tantrum menurut saya adalah lebih kepada bentuk komunikasi anak kepada orang tuanya.

Komunikasi?

Ya, komunikasi.

Komunikasi bukan sekedar kata-kata, komunikasi lebih kepada "kehadiran/eksistensi", yup ada yang harus hadir melebihi kata-kata ketika berkomunikasi, yaitu hati, jiwa, rasa, empati, dan logika.

Segenap hati dan rasa ketika kita mendengarkan, berempati akan posisi partner komunikasi, dan yang terpenting ketika kita berkomunikasi kita tidak memaksakan partner komunikasi kita menerima apa yang kita komunikasikan.

Kembali lagi soal tantrum, tantrum hadir ketika anak tidak bisa lagi menyampaikan apa keinginannya dengan kata-kata, layaknya bayi yang menyampaikan keinginannya dengan menangis karena belum bisa lancar berbicara, begitupula anak tantrum karena ada yang ingin dia butuhkan dari orang tuanya.

Merujuk kepada teori tentang bahasa cinta anak yang disampaikan oleh Gary Champan dan Rose Campbell, MD, dalam bukunya yang berjudul "The Five Love Languages of Children". Terdapat 5 bahasa cinta yang merupakan cara berkomunikasi anak agar anak merasa nyaman, yaitu

1. Sentuhan Fisik
2. Kata-Kata Mendukung
3. Waktu Bersama
4. Pemberian Hadiah
5. Pelayanan

Setiap anak menggunakan 5 bahasa cinta tersebut walaupun ada satu bahasa cinta yang dominan digunakan anak untuk berkomunikasi.

Jika kita orang tua dapat memenuhi bahasa cinta anak-anak, maka anak-anak pun akan dengan mudah menyampaikan apa keinginannya, dan begitupun sebaliknya orang tua pun akan mudah memberikan muatan komunikasinya kepada anak dengan menggunakan bahasa cinta yang dominan dibutuhkan oleh anak.

Maka setelah semuanya terpenuhi, terjadinya tantrum dapat diminimalisir bahkan mungkin sudah tidak perlu ada tantrum lagi diantara kita.

Serang, 2 Desember 2017

MamKems 💝💞
The learner mom

*Tulisan ini dibuat sebagai penguatan pemahaman penulis akan materi Komunikasi Produktif Kuliah Bunda Sayang Institut Ibu Profesional.

Komentar

  1. Wah benar bgt mba Vidya, tantrum adalah salah satu bentuk komunikasi anak dan tantrum bisa tidak ada lg jika komunikasi & bahasa cinta orang tua kpd anak berjalan dg baik :)

    BalasHapus
  2. Iya Mba Nika, layaknya bayi yang akan diam tangisannya setelah permintaannya terpenuhi, begitupun anak tantrum ketika komunikasi melalui kata-kata tdk atau kurang mendapat perhatian dari orangtuanya

    Terima lasih sudah mampir di tulisan perdana di blog ku Mbak 😊

    BalasHapus
  3. Penuhi semuanya minimalisir tantrum termasuk tantrum ibunya ga mba 😬
    Nice post mbak😍

    BalasHapus
  4. Hihihi iyah mba termasuk tantrum ibubya yah yang sesungguhnya lebih sulit dikendalikan #oops

    Mengutip kata-kata Bu Septi, agar Ibu tetap waras 😁, karena anak yang bahagia lahir dari ibu yang bahagia

    BalasHapus
  5. Dalam tantrum ad pesan ygingin disampaikan anak ya mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba, kadang jadi senjata juga yah kalau ada pesan khusus yang ingin disampaikan, nyampaikannya pakai media tantrum 😀

      Hapus
  6. Tantrum suka bikin grogi. Udah baca buanyak teori, tapi pas ngadepin anak tantrum, tiba-tiba teori demi teori pun lenyap. Hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. semangat Mam :), kuncinya bersabar dalam proses, insyaAllah ada hikmah disetiap prosesnya :)

      Hapus
  7. Betul banget mb, mengenali bahasa cinta masing2 anak dan terus mengisi tangki cintanya akan meminimalkan trantrum

    BalasHapus
    Balasan
    1. dan ibu tentunya harus menjadi sosok yang paling mengertianak-anaknya ya mba :)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERAN AYAH DAN BUNDA DALAM PENDIDIKAN FITRAH SEKSUALITAS ANAK

Subhanallah, ternyata tanpa sadar gaya pengasuhan rentan LGBT itu sudah Orang tua lalukan sejak anak masih dalam rahim Ibunya. Semenjak anak berada di rahim Ibunya, seringkali kita orang tua memiliki harapan berlebih atas jenis kelamin yang diinginkan. Begitupun setelah dilahirkan ternyata ketetapan Allah tidak sesuai yang diharapkan maka orang tua kerap kali kecewa dan inipun akan menimbulkan “kerenggangan” hubungan bathin antara ayah bunda dengan anaknya, sehingga hal inipun memiliki dampak psikologis tertentu. Lalu Ekspektasi akan melanjutkan preferensi, dan preferensi akan menimbulkan pola dan gaya asuh yang agak memaksakan pengasuhan sesuai dengan jenis kelamin yang diharapkan (Adriano Rusfi, 2018). Ketika ayah mengharapkan seorang anak laki-laki, lalu yang lahir adalah seorang anak perempuan, maka terkadang anak perempuan tersebut menjadi kelaki-lakian atau sebutan awam kita adalah tomboy. Tentunya hal ini bukan tanpa kebetulan, karena tentunya ada efek pengasuhan ayah yang h...

Jangan Sepelekan Limbah Kulit Udang

Moms, suka sebel gak sih sama limbah kulit udang yang kalau kita diamkan beberapa saat saja aromanya seperti bau busuk bangkai dan juga mengundang lalat, jadi kesannya jorok sekali ya. Bikin jadi malas mengolah udang karena persoalan limbah kulitnya sangat menggangu sekali, sampai-sampai jadi bulan-bulanan orang rumah 😒😢. Nah sekarang Moms tidak perlu khawatir lagi, karena mensiasati limbah kulit udang agar tidak beraroma busuk itu ternyata sangat mudah, cukup rebus kulit udang sampai berwarna kemerahan, setelah itu kita saring dan buang airnya baru deh kita buang di tempat sampah, insyaAllah gak ada lagi aroma-aroma luar biasa menyengat itu 😁. Tapi ternyata bagi Moms penggiat zero waste, alih-alih membuang limbah kulit udang ini ke tempat sampah, ternyata limbah kulit udang yang tadi telah direbus bisa dilanjutkan perlakuannya hingga menjadi kaldu kulit udang loh Moms, caranya pun sederhana. 1. Cuci Limbah kulit udang dan rebus dengan air secukupnya sampai warna kulit u...

JURNAL REFLEKSI FASILITATOR MATRIKULASI BATCH 7 SESI 7

Rasanya seperti panen durian, minggu ini judulnya analisa ST30, baik yang punya matrikan, pun yang punya pengurus regional. Qodarullah, timingnya pas banget antara NHW #7 Matrikulasi ini, dengan NHW Training Manajer TnC. Rasanya kek, ah syudahlah. Alhamdulillah sama Allah dikasih banyak latihan buat baca hasil ST30, biar kemampuan analisis nya makin ciamik 😁, menikmati apapun kondisi yang diberikan oleh Allah, agar waras menjalankan peran. Bahagia? Belum pada level bahagia banget sih, tapi ndak yang bikin stress banget, hanya memang ketika ingin merambah profesional, tetiba sang anak meminta perhatian atas waktu mamaknya yang banyak berkurang untuknya saat ini. Mulai protes ketika mamak pegang HP, wah lagi-lagi disini ilmu matrikulasi diuji. Ketauan fasilnya belum pada tahap Be Do Have. Duh.