Langsung ke konten utama

Mengobati Anak Ketergantungan Gadget dengan Bacakan Buku

Di Era digital jaman now, anak sangat dekat sekali dengan gadget, bahkan seringkali anak lebih dekat dengan gadget ketimbang dengan orang tuanya.

Dan setelah anak sangat dekat dengan gadget barulah orang tua kelabakan lantas memarahi anak dan berupaya keras menjauhkan anak dengan gadgetnya, Hmmmmm orang tua yang aneh .

Hahaha , dan jujurly saya pernah merasakan dan ada di posisi itu.

Saat itu, berdalih mengajarkan anak lewat media edukasi di gadget, lama-lama jadi kebablasan, merambah ke youtube terus terus dan terus lagi sampai kuota seret, dan anak pun tantrum ketika gadgetnya diambil sekedar untuk diisi ulang tenaga.

Lalu diri ini gelisah, merasa hal itu sudah tidak sesuai porsinya dan mulai berazam untuk merubahnya, dan mulai berpikir cara yang paling nyaman mengurangi ketergantungan gadgetnya, dan cara yang bijak menurut saya pada waktu itu adalah dengan mengalihkan, ya bukan langsung meniadakan kehadiran gadget tapi perlahan mengalihkan salah satunya mengalihkan perhatiannya dengan buku.

Duh, tapi anak saya gak suka baca buku (pasti di dalam hati bunda ada celetukan seperti ini , oow ketauan hehe).

Bund, ada tips nya nih agar anak mau mengalihkan perhatiannya ke buku.

1. Siapkan buku-buku (kalau gak ada bukunya apa yang bakal dibaca ya bund hehe) yang sesuai dengan usia anak, baik bentuk, konten, fitur, buku dengan banyak ilustrasi menarik akan memanjakan anak dengan gaya belajar visual, kalau perlu buku dengan fitur suara akan sangat menarik bagi anak dengan gaya belajar audio.

2. Bacakan Buku dengan antusias penuh sehingga anak merasa penasaran dengan konten buku (untuk tips ini disarankan orang tua sudah terlebih dahulu membaca buku yang akan dibacakan kepada anak, agar orang tua paham konten buku tersebut). Lalu posisi membacakan buku diatur senyaman mungkin, kalau anak kami senang ketika dibacakan buku sambil di pangku, atau dipeluk sambil posisi tidur (hal ini mungkin akan berbeda untuk setiap anak, carilah posisi terbaik).

3. Awali dengan pertanyaan yang mengencourage rasa penasarannya, disertai dengan intonasi yang tepat dan menarik anak untuk kepo. Jika ada feedback pertanyaan-pertanyaan dari anak berarti anak sudah terseret masuk kedalam buku, jawab segera pertanyaan anak dengan jawaban yang jelas dan singkat dan jika ada pertanyaan yg tidak bisa orang tua jawab saat itu, bijaknya orang tua mengajak anak bersama mencari jawaban itu di buku, bagaikan mencari sebuah harta karun, begitulah caranya mengajak anak berburu ilmu di dalam buku.

4. Konsisten dan sabar, karena lelah pasti melanda apalagi ketika anak sudah mulai jatuh cinta dengan buku maka setiap saat akan meminta orang tua membacakan buku untuknya, tentunya seluruh perhatian, waktu, dan tenaga tercurah sehingga seringkali kita tidak bisa disambi melakukan kegiatan lainnya, hal yang bertolak belakang dengan ketika kita memberikan gadget pada anak, anak anteng dan orang tua tidak direpotkan, tapi silahkan memilih mana yang lebih baik.

Tips-tips diatas adalah pengalaman pribadi penulis yang sudah diujicobakan langsung ke anak penulis, mungkin hasil akan berbeda tergantung dari setiap anak, karena anak adalah unik, dan yang paling harus bisa mengerti setiap keunikan anak adalah orang tuanya sendiri bukan?.

Yang pasti, membacakan buku untuk anak mengikat kembali bonding orang tua dan anak ini yang sempat rapuh oleh gadget, membacakan buku sambil memangkunya mengingatkan kembali moment-moment menyusuinya kala itu, sangat indah kan Bund.

Silahkan dicoba, insya Allah jika tidak berhasil pun tidak akan ada efek buruk bagi orang tua dan anak, jika berhasil Alhamdulilah, semua itu semata karena pertolongan Allah SWT.

Serang, 2 Juni 2018

MamKems

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERAN AYAH DAN BUNDA DALAM PENDIDIKAN FITRAH SEKSUALITAS ANAK

Subhanallah, ternyata tanpa sadar gaya pengasuhan rentan LGBT itu sudah Orang tua lalukan sejak anak masih dalam rahim Ibunya. Semenjak anak berada di rahim Ibunya, seringkali kita orang tua memiliki harapan berlebih atas jenis kelamin yang diinginkan. Begitupun setelah dilahirkan ternyata ketetapan Allah tidak sesuai yang diharapkan maka orang tua kerap kali kecewa dan inipun akan menimbulkan “kerenggangan” hubungan bathin antara ayah bunda dengan anaknya, sehingga hal inipun memiliki dampak psikologis tertentu. Lalu Ekspektasi akan melanjutkan preferensi, dan preferensi akan menimbulkan pola dan gaya asuh yang agak memaksakan pengasuhan sesuai dengan jenis kelamin yang diharapkan (Adriano Rusfi, 2018). Ketika ayah mengharapkan seorang anak laki-laki, lalu yang lahir adalah seorang anak perempuan, maka terkadang anak perempuan tersebut menjadi kelaki-lakian atau sebutan awam kita adalah tomboy. Tentunya hal ini bukan tanpa kebetulan, karena tentunya ada efek pengasuhan ayah yang h...

Jangan Sepelekan Limbah Kulit Udang

Moms, suka sebel gak sih sama limbah kulit udang yang kalau kita diamkan beberapa saat saja aromanya seperti bau busuk bangkai dan juga mengundang lalat, jadi kesannya jorok sekali ya. Bikin jadi malas mengolah udang karena persoalan limbah kulitnya sangat menggangu sekali, sampai-sampai jadi bulan-bulanan orang rumah 😒😢. Nah sekarang Moms tidak perlu khawatir lagi, karena mensiasati limbah kulit udang agar tidak beraroma busuk itu ternyata sangat mudah, cukup rebus kulit udang sampai berwarna kemerahan, setelah itu kita saring dan buang airnya baru deh kita buang di tempat sampah, insyaAllah gak ada lagi aroma-aroma luar biasa menyengat itu 😁. Tapi ternyata bagi Moms penggiat zero waste, alih-alih membuang limbah kulit udang ini ke tempat sampah, ternyata limbah kulit udang yang tadi telah direbus bisa dilanjutkan perlakuannya hingga menjadi kaldu kulit udang loh Moms, caranya pun sederhana. 1. Cuci Limbah kulit udang dan rebus dengan air secukupnya sampai warna kulit u...

JURNAL REFLEKSI FASILITATOR MATRIKULASI BATCH 7 SESI 7

Rasanya seperti panen durian, minggu ini judulnya analisa ST30, baik yang punya matrikan, pun yang punya pengurus regional. Qodarullah, timingnya pas banget antara NHW #7 Matrikulasi ini, dengan NHW Training Manajer TnC. Rasanya kek, ah syudahlah. Alhamdulillah sama Allah dikasih banyak latihan buat baca hasil ST30, biar kemampuan analisis nya makin ciamik 😁, menikmati apapun kondisi yang diberikan oleh Allah, agar waras menjalankan peran. Bahagia? Belum pada level bahagia banget sih, tapi ndak yang bikin stress banget, hanya memang ketika ingin merambah profesional, tetiba sang anak meminta perhatian atas waktu mamaknya yang banyak berkurang untuknya saat ini. Mulai protes ketika mamak pegang HP, wah lagi-lagi disini ilmu matrikulasi diuji. Ketauan fasilnya belum pada tahap Be Do Have. Duh.